moshi moshi, assalamualaikum

Wednesday, December 12, 2012

Pertemuan yang Menemukan


aku berjalan cepat sekali
tapi bukan berlari
karena aku tahu aku sudah terlambat
tapi aku harus mendapatkan jawaban
aku harus teliti dan sabar
tapi juga harus cepat dan dapat
            kalau aku ingin mendapat kepastian
            aku harus menemuinya
            kalau ingin mendengar penuturannya
            aku harus menangkapnya
            kalau aku ingin dia mengaku
            aku tidak boleh membiarkannya pergi
Oh, hujan ...
            Ternyata hujan, ya ...
Tidak boleh menyerah ...
walaupun hujan, aku harus jalan terus!
            Apa boleh buat ...
            aku akan terus berlari walau air berkecipak!
Eh, itu kan ...
            Ng, ini ya ...
aku berhenti
tak peduli hujan yang semakin deras
aku hanya bisa diam
bediri terpaku
            seketika aku menghentikan lariku
            hujan yang mengguyur menusuk-nusuk kulit
            membekukanku di tempat aku berdiri
            membuat tubuhku tak bisa digerakkan
Apakah aku harus bertanya dulu untuk memperoleh jawaban?
Bodoh, tentu saja begitu!
            Apakah aku bisa langsung menangkapnya tanpa ada pendahuluan?
            Bagaimana bisa, aku ini konyol sekali!
“Hei, aku mencarimu ....Di bawah hujan deras?
            “Ya, aku ingin bertemu denganmu ....Di tengah hujan seperti ini?
“Aku ingin tahu apa yang terjadi pada diriku
apa kau juga mengalaminya?
apakah itu?”
            “Aku merasakan sesuatu, kehadiran ...
            mengapa itu mengingatkanku pada dirimu?
            mengapa begini?”
Apa itu jawaban yang kucari selama ini?
            Karena itu, haruskah aku tangkap sekarang?
“Aku harus pergi, maaf mengganggu ....Mungkin aku salah
            “Tidak, jangan pergi!” aku menangkap pergelangan tangannya
Apa artinya ini?
Inilah jawaban yang kucari dan telah lama kutunggu-tunggu
            Mengapa kulakukan?
            Karena aku akan menangkapnya dan tidak akan membiarkannya pergi
mengapa mataku memanas?
mungkinkah aku menangis?
tapi tidak akan ada yang tahu
karena bercampur dengan air hujan
tapi ... aku bahagia
            mengapa mukaku terasa panas?
            apakah wajahku memerah?
            tapi tidak akan ada yang melihat       
            karena memucat oleh dinginnya hujan
            tapi ... aku lega
“Wajahmu merah ....
            “Matamu berair ....
“Di bawah hujan lebat yang dingin ...
            “Di tengah angin kencang yang menusuk ...
“Aku berdiri ...
            “Dan bertahan ...
“Mungkin ...
            “Karena ...
“Pada matahari terbit ada harapanku,”
            “Pada matahari senja ada dirimu,”
“Pada sinar bulan aku mendapat senyummu,”
            “Pada kilau bintang kulihat sinar matamu,”
“Karena dalam hatiku ada doa,”
            “Dan aku juga punya mimpi,”
“Akankah bertaut, apakah mengikat ...
            “Hati yang selama ini terpisah jauh, bersatu kembali?”
“Jawabannya ...
            “Ya, pasti!”
“Sebelum bertemu denganmu, aku bukan apa-apa.”
            “Sebelum aku mendapatkanmu, aku tidak punya apa-apa.”
“Selama ini aku selalu berpikir tentangmu.”
            “Aku akan membuatmu aman selalu dalam pelukanku.”
“Kurasa begitu ....
            “Benar, rasakan keindahan ini ....

Ahad, 11 Februari 2007 (Surabaya)

1 comment:

  1. Puisi ini memakai dua sudut pandang, yaitu seseorang dalam puisi yang berjudul "Aku Ingin Jawaban Pertanyaanku" dan seseorang dalam puisi yang berjudul "Mencari Kepastian Sebuah Bayang".

    ReplyDelete