moshi moshi, assalamualaikum

Tuesday, December 11, 2012

Perselisihan Jalan Dua Hati `Tuk Bersama


Jalanan yang kulalui begitu panjang dan tiada ujung
kapan akhirnya, aku tidak tahu
bagaimana nantinya, aku tak sanggup membayangkan
rasanya aku bergerak sangat lambat melalui jalan ini
tembok-tembok batu, tebing-tebing curam
terus tampak di kiri kanan jalan
entah ... saat mereka kutinggalkan di belakang
            aku berharap segera sampai di bukit

aku telah sampai di hutan tiga hari yang lalu
sendiri saja
maaf jika aku tak menunggumu di bukit
ancaman itu membuatku harus segera meninggalkannya
bersama pesan tersamar
begitu halus, tipis, lembut
            kuharap kau menemukannya

Puncak bukit mulai tampak, disirami cahaya senja yang memerah
semangatku sedikit menanjak
berjalan secepat aku bisa aku sampai di kaki bukit
aku tahu di sebelah sana ada ceruk
aku menuju ke sana dengan segenap sisa tenagaku
ketika aku mencapainya, hari sudah gelap
aku akan beristirahat sejenak, melihat keadaan, dan mencari pertanda
meraba bumi, aku tahu kau telah datang ke sini dan pergi terburu-buru
apa yang membuatmu tergesa-gesa sampai tidak menungguku?
sedikit memikirkanmu dalam sekejap aku tertidur
            samar-samar aku merasa melihat bayangan cahaya putih
            seperti melayang, semakin mendekat
            begitu cepat, namun tanpa suara
            desir angin pun kalah
            kaukah itu?
lolongan panjang memecah keheningan malam, cahaya memudar
menghancurkan bayangan indah
membuka sebuah lubang hitam
yang dari dalamnya meluncur pisau perak
membuatku terkesiap
sebelum sempat menghindar, pisau itu telah menancap dalam dalam dada kiriku
aku merasakan perih luar biasa
rasa dingin yang menggigit mencengkeram tulang-tulangku hingga remuk rasanya
namun tak ada darah, aku pun tak sadarkan diri

di sini langit berbintang tanpa bulan
tanpamu tanpa cahayamu bulan takkan menampakkan diri
seandainya kau ada di sini ...
            bintang dapat bersinar terang
            tapi bintang butuh teman bercengkerama, bulan
            bintang tidak harus kesepian
            tapi bintang ingin perhatian
            bintang bisa mengerdip menggoda berkilau
            kalau bintang malam tidak di dekatmu, ia tetap menemanimu pula ...
            ada bintang yang jauh lebih dekat dan lebih terang
            yang akan selalu ada untukmu
kalau saja aku bisa mengawalmu, mengawasimu, menjagamu
aku ingin memudar
menjadi doa yang mengangkasa
harapanku agar kau selalu baik-baik saja
dan aku bisa memandangmu saat ini dengan bahagia

Sinar matahari pagi pucat membangunkanku, menyilaukan mata
kurasa aku telah mengingat keseluruhan peristiwa tadi malam
dan kupikir sebaiknya aku mencabut pisau ini
            pisau itu kuamati di bawah cahaya matahari
            dalam sekedip mata, serpihan perak berguguran ke bumi dan lenyap
            tinggal pangkal pisau itu kusimpan baik-baik
sakit tak tertahan dan dingin menggigil mengiringi langkahku yang tertatih-tatih
menuju hutan, harapan penawar sakit hati di dada ini
            di depan pintu berukir indah tumbuhan bunga impian
            aku terjatuh

aku bisa memandangmu saat ini sepuasnya
tapi kau seperti orang mati
putih pucat tak berdarah
walau bintang pagi menyinarimu
            aku menemukanmu tergeletak di depan pintu bunga impian
            lalu mengiringimu di atas pembaringan kapas nan lembut
            aku telah berusaha semampuku
            mengambil potongan pisau yang tertinggal di dalam tubuhmu
            menaklukkan pangkal pisau yang kau bawa untuk obat bagimu
kini aku hanya bisa memandangmu
sepenuhnya, dan begitu dekat
hingga aku tak bisa melihat jarak yang ada di antara kita
            kau masih diam
            dan terus diam
            aku ingin mengangkat kepalaku namun terasa berat
            kurasa aku tertidur di kursi saat menjagamu
            dengan tangan menggenggam erat tanganmu
            dan kepala terkulai di atas tempat tidurmu

Tubuhku rasanya kaku sekali
seperti tidak bisa digerakkan
rasa dingin masih menyelimuti, namun hanya di luar saja
kehangatan mulai menyebar memasuki ruang-ruang tubuhku
mengalir dari genggaman di tanganku
            aku membuka mata perlahan-lahan
            kilau keemasan halusnya rambut disirami cahaya pagi mentari
            menyilaukan pandangan
itukah dirimu bintang putri setia?
inikah hutan yang telah berhasil kucapai?
tanpa sadar kubelai halus rambut indahmu

aku terjaga dari tidur singkatku
ternyata kau juga sudah sadar
aku sangat bahagia melihatmu kembali
tak dapat kulukiskan, tak terkata
            kau memang sangat putih
            tapi kau tersenyum lembut dengan bibirmu yang pucat
            namun begitu, bagiku, betapa manisnya senyum itu
seandainya harus ada sepotong darah untuk kita berdua
aku akan membaginya denganmu
bila memang yang ada hanya setetes madu
maka yang setetes itu akan kita nikmati bersama berdua
kau dapat melihat kesungguhan dan keyakinan di dalam sinar mataku, iya kan?

Ya, itu kau
dengan mata berbinar berkilat-kilat
penuh keyakinan atau dengan keprihatinan ...
karena memantulkan sinar atau kilauan air mata?
di dalam hati aku jadi bertanya-tanya sendiri
            kau melihatku seperti memandang kosong pada sesuatu yang tidak tampak
            aku sendiri merasa tubuhku menjadi sedikit tembus pandang
            tapi sekaligus digantungi benda berat
            dan ditindih beban yang tidak ringan
            apa kau juga merasakannya?
            aku bertanya melaui pertemuan mata kita

tidak, ternyata kau tidak menemukannya
kau tidak mengerti kesungguhanku
kau tidak menangkap keyakinanku
pandanganmu berkata matamu bertanya
apa dan mengapa?
            seandainya kau tahu
            dan seharusnya kau memang sudah tahu
            kalaupun belum, aku ingin sekali kau mendengar ini
            bahwa kekhawatiranku sangat besar ketika kau tak sadarkan diri
            bahwa aku sangat bahagia ketika melihatmu membuka mata
            bahwa kebahagiaan ini begitu membuncah, meluap-luap
            aku ingin menjerit untuk mengungkapkan kelegaanku
            aku ingin berteriak karena kegembiraan
            seperti kegirangan tak berdosa kanak-kanak
            dan aku ingin menghambur memelukmu erat-erat, takkan kulepaskan
            tapi aku tidak melakukannya
            aku diam saja
            karena kulihat ada yang hilang darimu
            aku melihat ada yang berubah
            tapi aku mungkin salah, kuharap begitu
            karena ada mungkin kadang mata yang membawa mimpi dan imajinasi

Aku juga, seandainya kau memahami
tapi kurasa kau cukup mengerti
kalaupun tidak, aku ingin kau tahu
bahwa aku ingin selalu di dekatmu, menjagamu
bahwa aku ingin selalu bersamamu, melindungimu
bahwa aku ingin selalu menatap ke dalam matamu
menemukan keberanian, keyakinan, ketulusan, kesungguhan, kepercayaan, kesetiaan,
dan keindahan
maka aku takkan menghilang
agar kau tak perlu memudar
dan masing-masing kita dapat menepati janji

Jumat-Sabtu, 12-13 Januari 2007 (Surabaya)

1 comment:

  1. Puisi yang sangat panjang. Puisi ini memakai dua sudut pandang, dibedakan dengan yang ditulis biasa dan dicetak miring.

    ReplyDelete