Jalanan yang kulalui begitu panjang dan tiada ujung
kapan akhirnya, aku tidak tahu
bagaimana nantinya, aku tak sanggup membayangkan
rasanya aku bergerak sangat lambat melalui jalan ini
tembok-tembok batu, tebing-tebing curam
terus tampak di kiri kanan jalan
entah ... saat mereka
kutinggalkan di belakang
aku
berharap segera sampai di bukit
aku telah sampai di hutan tiga hari yang lalu
sendiri saja
maaf jika aku tak menunggumu di bukit
ancaman itu membuatku harus segera meninggalkannya
bersama pesan tersamar
begitu halus, tipis, lembut
kuharap
kau menemukannya
Puncak bukit mulai tampak, disirami cahaya senja yang
memerah
semangatku sedikit menanjak
berjalan secepat aku bisa aku sampai di kaki bukit
aku tahu di sebelah sana ada ceruk
aku menuju ke sana dengan segenap sisa tenagaku
ketika aku mencapainya, hari sudah gelap
aku akan beristirahat sejenak, melihat keadaan, dan
mencari pertanda
meraba bumi, aku tahu kau telah datang ke sini dan
pergi terburu-buru
apa yang membuatmu tergesa-gesa sampai tidak
menungguku?
sedikit memikirkanmu dalam sekejap aku tertidur
samar-samar
aku merasa melihat bayangan cahaya putih
seperti
melayang, semakin mendekat
begitu cepat, namun tanpa suara
desir
angin pun kalah
kaukah
itu?
lolongan panjang memecah keheningan malam, cahaya
memudar
menghancurkan bayangan indah
membuka sebuah lubang hitam
yang dari dalamnya meluncur pisau perak
membuatku terkesiap
sebelum sempat menghindar, pisau itu telah menancap
dalam dalam dada kiriku
aku merasakan perih luar biasa
rasa dingin yang menggigit mencengkeram
tulang-tulangku hingga remuk rasanya
namun tak ada darah, aku pun tak sadarkan diri
di sini langit berbintang tanpa bulan
tanpamu tanpa cahayamu bulan takkan menampakkan diri
seandainya kau ada di sini ...
bintang
dapat bersinar terang
tapi
bintang butuh teman bercengkerama, bulan
bintang
tidak harus kesepian
tapi
bintang ingin perhatian
bintang
bisa mengerdip menggoda berkilau
kalau
bintang malam tidak di dekatmu, ia tetap menemanimu pula ...
ada
bintang yang jauh lebih dekat dan lebih terang
yang
akan selalu ada untukmu
kalau saja aku bisa mengawalmu, mengawasimu, menjagamu
aku ingin memudar
menjadi doa yang mengangkasa
harapanku agar kau selalu baik-baik saja
dan aku bisa memandangmu saat ini dengan bahagia
Sinar matahari pagi pucat membangunkanku, menyilaukan
mata
kurasa aku telah mengingat keseluruhan peristiwa tadi
malam
dan kupikir sebaiknya aku mencabut pisau ini
pisau
itu kuamati di bawah cahaya matahari
dalam
sekedip mata, serpihan perak berguguran ke bumi dan lenyap
tinggal
pangkal pisau itu kusimpan baik-baik
sakit tak tertahan dan dingin menggigil mengiringi
langkahku yang tertatih-tatih
menuju hutan, harapan penawar sakit hati di dada ini
di
depan pintu berukir indah tumbuhan bunga impian
aku
terjatuh
aku bisa memandangmu saat ini sepuasnya
tapi kau seperti orang mati
putih pucat tak berdarah
walau bintang pagi menyinarimu
aku
menemukanmu tergeletak di depan pintu bunga impian
lalu
mengiringimu di atas pembaringan kapas nan lembut
aku
telah berusaha semampuku
mengambil
potongan pisau yang tertinggal di dalam tubuhmu
menaklukkan
pangkal pisau yang kau bawa untuk obat bagimu
kini aku hanya bisa memandangmu
sepenuhnya, dan begitu dekat
hingga aku tak bisa melihat jarak yang ada di antara
kita
kau
masih diam
dan
terus diam
aku
ingin mengangkat kepalaku namun terasa berat
kurasa
aku tertidur di kursi saat menjagamu
dengan
tangan menggenggam erat tanganmu
dan
kepala terkulai di atas tempat tidurmu
Tubuhku rasanya kaku sekali
seperti tidak bisa digerakkan
rasa dingin masih menyelimuti, namun hanya di luar
saja
kehangatan mulai menyebar memasuki ruang-ruang tubuhku
mengalir dari genggaman di tanganku
aku
membuka mata perlahan-lahan
kilau
keemasan halusnya rambut disirami cahaya pagi mentari
menyilaukan
pandangan
itukah dirimu bintang putri setia?
inikah hutan yang telah berhasil kucapai?
tanpa sadar kubelai halus rambut indahmu
aku terjaga dari tidur singkatku
ternyata kau juga sudah sadar
aku sangat bahagia melihatmu kembali
tak dapat kulukiskan, tak terkata
kau
memang sangat putih
tapi
kau tersenyum lembut dengan bibirmu yang pucat
namun
begitu, bagiku, betapa manisnya senyum itu
seandainya harus ada sepotong darah untuk kita berdua
aku akan membaginya denganmu
bila memang yang ada hanya setetes madu
maka yang setetes itu akan kita nikmati bersama berdua
kau dapat melihat kesungguhan dan keyakinan di dalam
sinar mataku, iya kan?
Ya, itu kau
dengan mata berbinar berkilat-kilat
penuh keyakinan atau dengan keprihatinan ...
karena memantulkan sinar atau kilauan air mata?
di dalam hati aku jadi bertanya-tanya sendiri
kau
melihatku seperti memandang kosong pada sesuatu yang tidak tampak
aku
sendiri merasa tubuhku menjadi sedikit tembus pandang
tapi
sekaligus digantungi benda berat
dan
ditindih beban yang tidak ringan
apa
kau juga merasakannya?
aku
bertanya melaui pertemuan mata kita
tidak, ternyata kau tidak menemukannya
kau tidak mengerti kesungguhanku
kau tidak menangkap keyakinanku
pandanganmu berkata matamu bertanya
apa dan mengapa?
seandainya
kau tahu
dan
seharusnya kau memang sudah tahu
kalaupun
belum, aku ingin sekali kau mendengar ini
bahwa
kekhawatiranku sangat besar ketika kau tak sadarkan diri
bahwa
aku sangat bahagia ketika melihatmu membuka mata
bahwa
kebahagiaan ini begitu membuncah, meluap-luap
aku
ingin menjerit untuk mengungkapkan kelegaanku
aku
ingin berteriak karena kegembiraan
seperti
kegirangan tak berdosa kanak-kanak
dan
aku ingin menghambur memelukmu erat-erat, takkan kulepaskan
tapi
aku tidak melakukannya
aku
diam saja
karena
kulihat ada yang hilang darimu
aku
melihat ada yang berubah
tapi
aku mungkin salah, kuharap begitu
karena
ada mungkin kadang mata yang membawa mimpi dan imajinasi
Aku juga, seandainya kau memahami
tapi kurasa kau cukup mengerti
kalaupun
tidak, aku ingin kau tahu
bahwa aku ingin selalu di dekatmu, menjagamu
bahwa aku ingin selalu bersamamu, melindungimu
bahwa aku ingin selalu menatap ke dalam matamu
menemukan keberanian, keyakinan, ketulusan,
kesungguhan, kepercayaan, kesetiaan,
dan keindahan
maka aku takkan menghilang
agar kau tak perlu memudar
dan masing-masing kita dapat menepati janji
Puisi yang sangat panjang. Puisi ini memakai dua sudut pandang, dibedakan dengan yang ditulis biasa dan dicetak miring.
ReplyDelete