moshi moshi, assalamualaikum

Sunday, April 29, 2012

Meraih Ridha Ilahi


Kumantapkan hatiku
Kubulatkan tekadku
Kuikhlaskan niatku
Kutegapkan langkahku

            Dalam penantian
            Kuhadapi dengan sabar
            Dalam perjalanan
            Kulewati dengan tegar

Sesampainya di sana
Hatiku tenang dan damai
Melalui setiap acara
Menikmati kasih sampai

            Berikan padanya
            Berdua `tuk berdua
            Suara terusik tawa
            Berdoa teteskan air mata

Bagai semut berebut gula
Lalu berubah jadi pengembara
Ku pergi mencari kuda
`Tuk menuju rumah-Nya

            Satu ada dalam dada
            Meraih ridha-Nya

Ahad, 26 Oktober 2003 (Surabaya)

Pagi Seorang Anak


Pagi yang cerah
Masih seperti biasa
Hanya jalan raya
T`lah tunjukkan keramaian

            Di tanah lapang yang luas
            Dua anak bermain layang-layang
            Angin menerbangkannya
            Membumbung tinggi ke angkasa

Jalanan semakin ramai
Tapi aku tetap santai
Membaca harian pagi
Sembari meminum teh hangat

            Kubiarkan ia kesal
            Melihatku menikmati pagi
            Dia malah tertawa nakal
            Tahu ku disudutkan anak tadi

Kudekati anak itu, lucu
Kuajak bercanda dia tertawa
Kupegang erat layangannya
Saat dia berlari
Membeli balon udara

Ahad, 26 Oktober 2003 (Surabaya)

Rangkaian Peristiwa


Kita kembali seperti dulu
Bertukar pikiran
Berbagi kebahagiaan
Dengan rekanku yang lain

            Waktu kulihat ke depan
            Tiba-tiba dia datang
            Saat dirinya kutinggalkan
            Ku kembali dia terlepaskan

Sempat aku bercanda
Dia yang menyelamatkannya
Meminta ditulis kembali
Karena disobek seorang diri

            Akhirnya jadi rebutan
            Diriku dan dirinya
            Kegagalan mencari jati diri
            Buat esok ku menulis lagi

Terus kau bawa dan kuatkan
Langkah yang terendap-endap
Menyelinap tuk berikan
Tak sengaja ku bertatap

Ahad, 26 Oktober 2003 (Surabaya)

Thursday, April 26, 2012

Musim


Lama sekali ku dicekam
Dinginnya musim salju
Setelah mentari menghilang
Adanya beku yang membiru

            Musim hujan menyapa
            Membawa cinta dan cerita
            Berlalu begitu saja
            Dengan arus derasnya

Ini awal musim semi
Kisah dimulai tanpa hadirnya
Rasa yang masih menghantui
Sedikit bisa kuhilangkan

            Musim semi ada dukanya
            Melati layu melati gugur
            Musim semi yang bahagia
            Melati mekar ada selalu

Hadir pembawa melati
Tahu dia musim berganti
Lagu hati ini pun beralih
Semoga musim s`lalu berarti

Ahad, 26 Oktober 2003 (Surabaya)

Kisah Seorang Bidadari


Kutatap wajahmu yang mempesona
Bagaikan aku telah melihat
Seorang bidadari yang turun
dari langit ...
Tubuhmu yang indah
Bagaikan seorang bidadari
Yang masih suci ...
Setelah kupikirkan
Dirimu sangat cocok
Untuk menjadi pendamping
hidupku ...
Ternyata aku telah salah
menilai
Kau telah menjadi milik
orang lain
Dan kini aku merasa kesepian
Karena kenanganku hanya
Sebuah kisah tentang bidadari

Jumat, 24 Oktober 2003 (Surabaya)

Wanita


Kau
Wanita tercantik
Yang pernah kutemui
Kau
Adalah jantung bagi hidupku
Yang tak pernah berhenti
berdetak
Kau
Adalah segalanya bagiku
Yang menumbuhkan semangat hidupku
Kau selalu menemani aku
Di saat suka maupun duka
Tetapi
Kini kau telah lupakan aku
Dan berpaling dariku
Kau menganggapku sebagai sepenggal
kisah lama dalam hidupmu
Dan kau pun tidak menyisakan
Sedikit cinta untukku

Jumat, 24 Oktober 2003 (Surabaya)

Wednesday, April 25, 2012

Teratai


Teratai
Terapung di atas air
Dengan bunga merah muda
Yang hampir mekar

            Teratai kecil
            Daunnya yang mungil
            Dengan bunga masih kuncup
            Mahkota yang mengatup

Hijau daun teratai
Lebar menutup kolam
Luas lapangnya bagai
Perasaan yang terpendam

            Teratai lalu
            Di bawah sinar matahari
            Teratai berlalu
            Dalam pada air

Daun teratai mengapung
Percikkan air
Basahi buat sejuk
Terik di siang hari

Selasa, 21 Oktober 2003 (Surabaya)

Masih Ingat


Tampak sangat jelas
Tergambar dalam ingatku
Bayang wajah dan derap langkah
Gerak tangan dan kata-katamu

            Dengan sangat kau memintaku
            Menggoreskan timah hitam
            Tinggalkan kenangan lalu
            Di suasana yang mencekam

Kiranya hal itu masih lekat
di hatiku hingga kini
Tapi kau bahkan t`lah melipat
lembaran-lembaran kertas suci

            Tega sekali kau nodai
            Dengan mudah melepas semua
            Ku di sini masih menanti
            Masih terikat kenangan kita

Diriku akan bertahan
Dengan apa yang kupunya
Semoga segala keresahan
Segera berakhir dan
beralih bahagia

Ahad, 19 Oktober 2003 (Surabaya)

Mimpi


Malam sekelam
hatiku t`lah
menutup mataku dan
membawaku ke awan
Hingga seberkas sinar
menerpa dan membuka
sepasang kelopak bunga
Sesaat ku mengerti
usai ku menjelajah
dunia khayal tanah merah
Dan hari ini
ku menatap lama
air terjun yang teramat deras
mengalir melalui batuan
dibias mentari ubahnya pelangi
Lama ku termenung hingga
Mendarat di pipiku tepukan halus dan
melayang di depanku lambaian tangan
Jernihkan pikir
Buatku tersadar
Mimpiku jadi nyata
Cerahkan hati dan jiwaku

Kamis, 16 Oktober 2003 (Surabaya)

Kenangan Terindah


Terima kasih
Hanya itu yang
dapat kuucap saat
kau sebut namaku

            Setelah lama tiada
            Yang memuji
            Bertanya arti
            Kau mampu memberi

Ku jadi ingat
Saat dulu pertama
Aku dipanggilnya
Di suatu senja

            Kenangan terindah
            pertama yang nyalakan
            segala kebahagiaan

Kini terulang lagi
Membawaku kembali
Mengingat suatu petang
Yang hampir terlupakan

Senin, 13 Oktober 2003 (Surabaya)

Sendiri


Semua kebersamaan
Tiada denganmu
Sendiri setiap saat
S`lalu tanpamu

            Tak seperti dulu
            Ku tak sepi tak sendiri

Aku jadi takut
Tak ada yang `kan memelukku
Menenangkanku dengan cintanya
Takkan ada yang genggam tanganku
Mengingatkanku dengan kasihnya
Menasihatiku dengan sayangnya
Saat kurasa begitu lemah
Kecil tak berdaya

            Namun kucoba bertahan
            Dengan sisa tenaga

Akhirnya ku jatuh
Tertunduk meremas pasir pantai
Dan dengan tangan kokohnya
Dia yang pertama menangkap tubuhku
Menyelamatkanku
Dari kobaran api
Membawaku bangkit kembali

Sabtu, 4 Oktober 2003 (Surabaya)

Monday, April 23, 2012

Tak Perlu Berandai-andai


Andai waktu tak cepat berlalu
Mungkin kita `kan bertemu
Andai ku bisa hentikan waktu
Pasti dua titik `kan bersatu
Andai ku dapat kembalikan masa
Garis-garis `kan bersama
Andai hari lama berjalan
Berdua kita raih tujuan
Tapi sudah semua terjadi
Tinggal kita renungi diri
Apa pun yang terjadi
Tentu terbaik
Terlebih kalau diingat
Kita hidup cari selamat
Di dunia juga di akhirat
Hindari maksiat cari manfaat
Apa pun yang terjadi
Harus disyukuri
Di balik semua ini
Ada hikmah
Ada ibrah
Tak perlu berandai-andai

Jumat, 3 Oktober 2003 (Surabaya)

Empat …


Empat
`Tuk dirangkai dan diucap
Tak mudah bagai
Membalikkan telapak tangan
Empat
`Tuk disusun diresapi
Beralas tikar ketulusan
Permadani keikhlasan
Empat
Niat tak juga bulat
Karena setiap saat
Langkah yang bicara bertatap
Empat
Obat bagi luka
Hati yang teriris
dan kalbu yang tersayat
Empat
Suatu saat nanti
`Kan menitik bagai
Embun pagi pada mahkota bunga
Terukir cinta

Jumat, 3 Oktober 2003 (Surabaya)

Alam Bicara


Saat kau angkat jarimu
Disambut, tertangkap
dan tertunduk
Saat kata tak bisa ditolak
Meluncur juga
Sisi yang tak bicara
Seperti kecewa
Laut dalam dan luas pun
t`lah tercemar racun
Sampai fajar di ufuk timur
Tersenyum dengan cerahnya
Menggantikan kabut dini hari
Temani gelombang laut pelan
Hingga jelang siang
Matahari tertutup awan
Mendung tanda `kan hujan
Tapi angin segera menyapunya
Mentari bersinar lagi
Sang surya tersenyum kembali
Lima jari sepuluh jari
Sepasang tangan bertepuk
Hampir temukan satu hati

Rabu, 1 Oktober 2003 (Surabaya)

Tak Mengerti


Gunung yang tinggi
Berhasil kau daki
Hati-hati dari bola api
Saat yang lain jatuh ke tepi
Sepasang kaki tak di sini
Sendiri kau bergeming
Sampai hujan menyirami
Kau diam berhenti
Sebuah suara merasuk hati
Getarkan nurani
Dari mata pelangi
Yang mungkin lukai
Bulan malam ini
Tapi pasti
Sulit `tuk ketahui
Apa kiranya dialami
Karena ku sendiri
Tak mengerti
Dan ingin berdiri
Biarkan semua terjadi

Selasa, 30 September 2003 (Surabaya)

Apa pun Masih


Berjalan kau ke barat
Tak kusangka kembali tersayat
Langkah yang rasa terikat
Tak tersampaikan pendapat

            Kutahu kau harus ke timur
            Menatap ujung umur
            Hingga pagi tergores lumpur
            Masa beralih ke musim gugur

Saat ini kembali
Kau di tengah kami
Beri kesejukan melati
Kuteduhkan diri

            Walau dengan halaman
            Berserak daun beterbangan
            Tetap indah alam
            Masih laut yang dalam

Selasa, 30 September 2003 (Surabaya)

Saturday, April 21, 2012

Kepergian


Cemara hijau
Berdaun jarum
Tajam menusuk
Pandang aku

            Mata elang
            Awas mengintai
            Senyum tersungging
            Dari dua bibir manis

Kucing berbulu hitam
dan putih berjalan pelan
Dengan kumis yang digerakkan

            Pohon jati
            Gugurkan daun kering
            Menyapa bergemerisik
            Tawa yang terusik

Semua kini pergi
Tentu adil
Mereka senang di sini
Ku bahagia walau menanti
Doaku selalu menyertai

Sabtu, 27 September 2003 (Surabaya)

Hitam Kelabu


Kuucap kelabu
Kau hampiri aku
Meski kau hampir berlalu

            Kau tanya padaku
            Mengapa kelabu
            Bukan hitam

Kujawab terserah
Karena `kan berubah

            Kiranya baru seminggu
            Hari berlalu
            Hanya karena katamu
            Kalimat mengalir tak kutahu

Waktu kita di belakang
Saat kiri jadi kanan
Ketika kanan dipaksa kiri
Semua terasa begitu manis

            Walau banyak luka
            Luasnya salah
            Tapi senyuman
            Tetap hiasi dunia kita

Beginilah hidup
Kelabu dan hitam awali
Semoga berakhir baik

Jumat, 26 September 2003 (Surabaya)

Temui Temani


Kulangkahkan kaki pelan
Mencari bunga namun
Kutemukan serumpun bambu

            Ku di luar dan ke dalam
            Kutemukan mutiara bersinar terang

Kala semua usai
Kudapati diriku
Kulihat dua bintang dua
Yang lalu yang tak redup

            Kerang terbuka
            Aku di dalamnya, bersua
            Senyum mata dalam diam
            Kata-kata semua
            Aku bahagia

Ku tak pergi
Meski ragu dan
Ku tak menyesal
Karena satu bintang
Menatap tersenyum padaku
Semua mengikuti
Langkahku bersamaku

Jumat, 26 September 2003 (Surabaya)

Kau, Aku, dan Kupu


Saat kupu-kupu
Terbang kian kemari
Teteskan madu
Yang dihisap dari
mahkotaku
Di atas hidungmu
: itu si kupu kuning

            Menghampiriku si kupu hitam
            Hinggap di jari
            dan bisikkan
            Berikan padanya

Madu itu untukku
Dari si kupu kuning
Tapi terjatuh padamu
Lama tak kau berikan padaku

            Hingga kudapat hatimu
            Berdamai si kupu putih
            Kuberi milikmu
            Kau beri milikku

Terdengar canda si kupu hitam
Kita tertawa bersama
Nikmati rasakan semua
Indah

Jumat, 26 September 2003 (Surabaya)

Malam Ini


Malam ini
Aku ingin menangis
Untuk menumpahkan kesedihan
Dalam hatiku
Malam ini
Aku ingin berteriak
Untuk melepas kegelisahan
Dalam jiwaku
Malam ini
Aku berharap dapat melihat
Fajar esok hari
Yang ‘kan membawa kedamaian
Malam
Membawa kegelapan bagi alam
Namun ...
Membawa harapan bagiku
Malam
Mereka salah mengira
Bahwa malam menakutkan
Sesungguhnya malam
Memberiku banyak pelajaran
Memberiku banyak arti


Senin, 22 September 2003 (Surabaya)

Wednesday, April 18, 2012

Sepi


Sepi
Itu yang kurasa saat ini
Tanpa teman tiada kawan
Desir angin pun hilang
Sepi
Kuingin hadirnya saat sedih
Karena ceria dengan sepi
Tak biasa terjadi
Sepi
Menyapaku malam ini
Mengenangku pagi
Berkhayal esok dini
Sepi
Yang setia temani
Saat kini menanti
Adanya diri
Sepi
Tak tergelincir licin
Merambat seiring waktu hari
Sepi, sepi, dan sepi
Dalam menanti

Senin, 22 September 2003 (Surabaya)

Matahari


Matahari sinari bumi
Kan hangatkan diri
Biaskan titik-titik
Hujan dini hari
Menjadi pelangi

            Matahari buat terang
            Dunia dari kegelapan
            Malam hitam yang kelam
            Bantu mata menatap
            Seberkas sinar indah

Sinarnya buatku
Ingat bola matamu
Yang kau ungkap padaku
Takkan redup hanya untukku
Lewat senyummu

            Karena kau selalu
            Buat indah hidupku
            Susah senangku adalah dirimu
            Adalah senyummu sinar matamu
            Seperti matahari itu

Ahad, 21 September 2003 (Surabaya)