moshi moshi, assalamualaikum

Monday, June 25, 2012

Pertemuan


Di sana aku menemuimu
Merajut benang seindah harapan
Ketika kau menyapaku
Jalinan asa kian erat

            Dan kini jalan panjang membentang
            Banyak cabang harus dilalui
            Padamu teman
            Mari bersama langkahkan kaki
            Ikrarkan kata dalam semangat perjuangan kita
            Ikatan kuat persaudaraan
            aku dan engkau

Maka aku tidak lupa
Di sini kita pernah berjumpa
Merangkai asa berjanji setia
Seiring setujuan menggapai cita

            Bukankah jelas bagimu
            tujuan hidup kita
            Sudah terangkah, Kawan?

Mari kita berbenah diri
Bila telah jelas tujuan hidup kita
Karena di hari dan tanggalmu
Usia kita makin berkurang
Meski sering disalahartikan

            Dan aku pun tak lupa
            Tapi ku tak bisa berikan apa-apa
            Hanya doa dan puisi ini untukmu
            Sebuah kesederhanaan namun serta ketulusan
            Seperti saat aku menemuimu di sana

Kawan ...
Aku hanya mampu berucap,
“Selamat ulang tahun ....”

Jumat, 9 April 2004 (Surabaya)

Mencari Angin


Panas menyengat
seolah memeras keringat
dari setiap tubuh yang bergelut
memerangi waktu

            Detik-detik seakan berlomba
            mengisi lengang
            mengiringi irama kipas bergoyang
            temani selambai angin bertiup

Betapa panas bumi kami
Dalam beberapa hari berjalan
Betapa sepi desiran angin
Dalam belenggu terpenjara

            Melesat kilat itulah aku
            Berlari mengejar bebas
            Pandanganku menyapu daratan
            Mencari-cari di mana angin sejuk itu

Wahai angin bertiuplah
Hilangkan panas yang mencengkeram
Hadirkan kesejukan lewat belaianmu
Embuskan kabar gembira dari suaramu

            Oh, angin kudengar suaranya
            Dan kini kau dendangkan lagu
            denganku bersamanya

Jumat, 9 April 2004 (Surabaya)

Hari Ketujuh


Pagi!
Pagi yang sama menyambutku
Tapi aku akan kehilangan pagi ini
Berganti hari dengan pagi
yang gersang
Pagi yang indah
Hari ketujuh dalam kenangan
Kebersamaan yang keenam
Dalam lamunan tak kusadari
telah hilang kebeningannya
Aku pun tak mengerti
Dan dia tertawa
menghadapi pertanyaan penuh di kepalaku
Semua tanya ada jawabnya
Dan aku telah menjawabnya
Kuucapkan selamat tinggal
dalam hatiku
Kuucap dengan penuh ketulusan
Selamat tinggal
Semoga kita berjumpa lagi

Jumat, 9 April 2004 (Surabaya)

Hari Keenam


Hari ini
Sepi menggelayut jiwa
Rindu menyelubungi hati
Sebatas lingkupan hari-hari cinta
Tak jumpa tak bersua
Namun kutemui teman-temannya
Kudapati pemimpinnya
Dalam canda tawa
Yang membuatku dihantui
rasa bersalah
Tapi aku pulang dengan bahagia
Meski aku harus bersiap
Menghadapi hari terakhir
Esok ...
Menanti

Jumat, 9 April 2004 (Surabaya)

What a Beautiful Morning!


Wahai dunia
Pagi ini menyambutku dengan ceria
Indah memang
Namun aku mengalah
Yang penting hatinya
jiwanya terpatri denganku
hatiku tertoreh tinta batinnya
Itu lebih alami
lebih murni
atas dasar cinta yang bening
tetap jernih walau
dikelilingi lumpur yang keruh
Kebeningan cinta yang sejati
Wahai pagi
Oh ... dunia
Ingin aku mengatakan,
What a beautiful morning!

Sabtu, 3 April 2004 (Surabaya)

Sunday, June 24, 2012

Melepasmu


Saat ini ketika aku
duduk dalam sepi ramainya alam
Benarkah kau
akan pergi jauh tak kembali
Benarkah kita takkan bertemu lagi
wahai dikau yang baru kukenal sesaat
kini harus pergi
Jika hanya langkah yang membawamu
tentulah nanti kita bisa sua
Entah kapan
asal Tuhan menghendaki
Setidaknya itu cukup menenangkanku
dari berita kepergianmu
yang kusangka untuk selamanya
Jika aku bisa
satu saat nanti aku akan ke sana
sebab aku pun ingin pergi ke tempat yang sama
‘tuk menikmati alam ciptaan Yang Kuasa
Kini kupersembahkan sebuah lagu
nian indah mengiringi perjalananmu
bersama kepergian perjuanganmu

Jumat, 2 April 2004 (Surabaya)

Hari Kelima


Tiada yang lain
Semua tetap sama
Kali ini aku terlambat tak mengapa
Kali ini aku berjumpa
melihat dia t’lah berlalu
sedang aku bertolak
dari arahnya
Oh ... mimpi
Hanya mimpi

Sabtu, 27 Maret 2004 (Surabaya)

Hari Keempat


Hari ini seperti biasa
Aku tiba lebih dulu usai lebih dulu
Moral, dan budaya yang tertukar
Mestinya dia butuh
Tapi tak memanggil justru berpaling ke belakang
Menghitung berkelana
Kujelaskan panjang lebar
Semua melihat ada pula tanya
Suara yang membuyarkan semua
Teriakan mengharapkan pertolongan
Aku ingin menghindar
Namun hati ini iba
Kuhadang lawan kudorong ke belakang
Semua yang melihat terpana
Lalu bertanya tak percaya
Aku hanya tersenyum ... tipis
Ada yang menggelitik hati ingin menangis
Ketika semua telah berakhir
Aku masih punya janji
Tapi aku duduk saja merenung semua
Pangeran datang kukira lewat saja
Berjalan ke arahku kukira hendak mengambil kembali ...
Tidak kupikir akan bertanya
Oh ... ternyata aku dipanggil untuk menghadap pemimpin
Apa?
Aku perlu mencerna semua

Sabtu, 27 Maret 2004 (Surabaya)

Hari Ketiga


Tiada yang berbeda
Masih sama, tapi aku dahulu
Tiada menyengaja
t’lah menyinggung di tengah kata
Maaf tiada lain
bertambah tolehan kepala
Tinggal balasan dia terima
cukup dari hatiku saja
Tiada usai menghitung hari
Tamat sudah merenda waktu
Pada masa-masa pertama
Sepatah ranting pohon diambilnya
Kali ini
minta izin pada pemiliknya
Ku bersyukur pangeran tiada terluka
Bahkan terkesan sudah lupa
Tapi sekali lagi
Maafkan aku

Kamis, 25 Maret 2004 (Surabaya)

Hari Kedua


Batinku mendesah
Lega hatiku
Dua kursi telah siap
Walau teman tetap teman
Tetap tiba lebih dahulu
Setidaknya aku lebih tenang
Lebih siap memulai petualangan
Gentar juga dalam dada
Saat pedang direbutnya
Heran bukan kepalang
Kuembuskan napas keras
Menepis heran yang tak perlu
Aku tetap yang pertama
Masih tetap
Tetap menjadi yang pertama
Hendak ku mengakhiri
Tapi ku harus mendapatkannya
Tak ku ingin bumi terinjak
Bumi t’lah tergores ekor komet
Berteriak luluh hati
Kudapatkan kunci itu
Dan aku ingin sekali mengucap
Maafkan aku

Kamis, 25 Maret 2004 (Surabaya)

Saturday, June 23, 2012

Hari Pertama


Hari pertama bagian dua
Hadapi ruh ini dan keindahan kata
Tersentak diriku melihat
Bangku itu
Kecil nan menyatu dalam diam
Sebuah tanda maknakan
Dia itu ...
Entah kenapa persangkaan ini benar adanya
Lemas ... mencair
Tersiksa diri namun
Ketenangan diam-diam menyelusup dalam hatiku
Tersentak!
Ku kembali tersentak ketika tongkat berukir itu dipintanya
Kukira dedaunan gugur
Oh ... sungguh peri kecil
Dia takkan bisa diam

Kamis, 25 Maret 2004 (Surabaya)

Akan Dirimu


Mengingatmu
saat hari masih pagi
Membuatku terkenang kali pertama
kita jumpa
Mengenangmu
ketika mentari beranjak naik
Menghadirkan desiran halus
yang sulit kumaknai
dan menyesakkan dadaku
Ditambah asap yang mengepul
semakin meremas-remas hatiku
Tapi aku bahagia
Itulah yang aku tak tahu
akan rasa sakit yang adakan gembira
Yang terus kupikirkan
hingga hari telah senja
Masih jiwa ini mengenangkan
pertemuan yang memberi banyak arti
Meski gelap mulai merayap
semakin larut
berganti cahaya bulan dan keremangan lampu
Sampai ku terlelap
membawa semua dalam mimpi

Senin, 22 Maret 2004 (Surabaya)

Usah dalam Bingung


Apa yang kini kurasa
sungguh aku tak mengerti
Seperti ada yang menggaruk-garuk
hati yang terselubung selimut
dan terbingkai emas
berhias sutra
Benar-benar aku bingung
Apa yang dapat memasuki istana itu?
Ruangan bercahaya dengan sinarnya
yang menyilaukan namun indah
Siapa dia?
Sekelebat bayangan
yang tampak gelap
Ilusi dari pikiranku yang sering berkelana
Mengembara tanpa arah
Ataukah memang benar adanya
Dia yang membuatku gila
Ah ... ini dia kutemukan
Sesosok tinggi berdiri di hadapanku
sambil membawa setangkai mawar
tapi tak perlu kusebut warnanya
Sesaat saja mawar itu t’lah di tanganku
dan tak perlu kusebut namanya itu

Ahad-Senin, 21-22 Maret 2004 (Surabaya)

Milikku


Andai jiwa ini bisa terbang
tentulah diriku sudah melayang
jauh tinggi
Tak peduli lagi
teriakan-teriakan yang menekan batin
Menghirup dalam-dalam
udara yang selama ini seakan
begitu mahal untuk sekadar
kutarik sesaat
Tapi memang itu milikku
yang mestinya kudapatkan
Aku pun rela mengejar
menangkap membawanya
berlari jauh
sekencangnya bagai kilat
Aku melompat tinggi
meneriakkan kemenanganku
mengepalkan tanganku
membuktikan itu milikku
dan kini semua
sudah ada dalam genggamku

Jumat, 12 Maret 2004 (Surabaya)

Cerita Cinta Penyair Sejati


Mungkin,
aku bukan seorang penyair
yang pintar bermain kata
Tapi aku ingin
berbicara pada angin semilir
tentang cerita cinta
Di mana hujan bisa mengerti
memahami di setiap titik airnya
yang jatuh ke bumi
Bahwa hujan punya cinta
yang tertebar dari langit
Saat angin meliuk
menyusup di antara benang-benang cinta
yang dijalin hujaman air
Seperti kau dengar suaranya
dan kau lihat cahaya yang tetap menyala
hingga renda-renda terajut
melingkar cakrawala
Juga masih kau dengarkan
alunan cerita akan alam dan cinta
dari hati
seorang penyair sejati

Jumat, 12 Maret 2004 (Surabaya)

Sunday, June 17, 2012

Belajar dari Alam


Ketika mentari terbit
Menyinari telaga nan bening
Pantulkan cahaya gemerlap
Lewat gelombangnya

            Bagai anak-anak sungai
            Airnya berlari seirama
            Melalui jalan panjang
            Tentukan nasibnya

Bila dia hanyutkan pasir
Bererosi keruhkan diri
Namun bila dia mengalir arti
Yang dibawa makna hakiki

            Sore hari merah di awan
            Menghiasi air permukaan
            Seperti pagi indah nian
            Hari-hari tetap sejalan

Tinggal kita ‘tuk mengisi
Dengan ajar yang mengelilingi
Bening telaga hingga kini
Mentari sungai saksi

Rabu, 18 Februari 2004 (Surabaya)

Dua Kata


Berduri kaca
Berlari buta
Menangis hampa
Tertawa lara

            Buminya jiwa
            Dunia maya
            Laut kereta
            Biru kelana

Ahad, 1 Februari 2004 (Home Sweet Home)

Cahaya Islam


Kegelapan
T’lah butakan mata setiap orang
Begitu pun aku
Tak sanggup melihat jalan
Terhalang gelap yang pekat
Tersesat ke arah jurang
Lemah kehilangan arah
Namun di saat
Kehancuran semakin dekat
Ada setitik cahaya
Menerangi mata dan hati
Memberi petunjuk jalan yang harus dilalui
Bagi kami yang mengikutinya
Itulah Islam
Yang memberi petunjuk bagi manusia
Yang mau menerima
Ketika Islam dengan ramah menyapa
Dan mereka ‘kan selamat
Mereka akan diselamatkan
Oleh Zat Pemilik Keselamatan
Allahu akbar!

Sabtu, 24 Januari 2004 (Surabaya)

Aku Rindu


Kala itu
Saat aku menggigil
dicekam dingin
Saat hujan mengguyur deras di luar
tak henti jua
Saat aku kesepian
dalam kesendirian malam
Aku rindu
Aku rindu ... sekali
Rindu akan kehangatan
Rindu akan cinta
Seperti dulu
Aku selalu merindukan
Keindahan musim semi
Seperti hari ini
Bunga-bunga bermekaran
Kulihat di hadapanku
Saat musim semi
Seperti banyaknya cerita
Rindu dan cinta
Aku rindu ...

Kamis, 8 Januari 2004

“Bangun!”


Malam itu
Ku tertidur larut
Hendak menyapa mimpi
Di jalan yang ...
sulit terlukis
akan keindahannya
Namun semua segera terhapus
oleh teriakan seorang kakak
Aku pun menengok jam
pukul dua dini hari
Ku terlelap kembali
setelah bukakan pintu ‘tuk kakak
Di pagi kakak santai berucap,
“Tumben kau mudah dibangunkan.”
Rasa kesal sedikit merayap dan ingin ku berkata,
“Mimpiku kacau karena teriakanmu!”
Tapi kata-kata itu kutelan sendiri
Aku hanya tersenyum
Biarlah tak ada yang tahu mimpiku semalam
Mimpi yang tetap indah
meski terputus oleh teriakan,
“Bangun!”

Sabtu, 3 Januari 2004 (Surabaya)

Monday, June 4, 2012

Tidak Perlu Sedih


Bertemu pagi
Menyapa matahari
Dan dia bertanya padaku,
“Semalam mimpi indah, Sayang?”
Aku tersenyum
Menyembunyikan semua kesedihan
Dan memperlihatkan kebahagiaan palsu
Tahukah kau apa yang ada di hatiku?
Tak mungkin
Tak seorang pun tahu
Biarlah ... biarkan itu
Tak perlu sedih
Karena aku punya Tuhan
Allah adalah Tuhanku
Dan aku seorang Muslim
Aku mempunyai Tuhan
Allah adalah Tuhanku
Dan Islam adalah agama yang benar
Datang dengan kedamaian
Aku seorang Muslim
Jadi, tidak perlu sedih

Sabtu, 3 Januari 2004 (Surabaya)

Warna-warnamu


Selasa kujumpa
Malam kumimpikannya
Entah khayal
Mungkinkah?
Rabu ceria
Malam hadir cerita
Hanya bayang sekilas
Bahagianya
Desember lalu
Di tiga puluh dua ribu tiga
Esok darimu
Tak jelas sudah
Di dua ribu ... tiga
Empat ataukah?
Ketika hati dan
Di saat pikir
Lalulah sudah kini bersama
Warna-warnamu

Kamis, 1 Januari 2004 (Surabaya)

Cintaku ... Kurindu


Aku
Aku tercerabut dari bumi
Seperti rumput tercabut akarnya
Aku
Dengan sayap kuterbang
Terbang tinggi ke awan
Bagai burung melayang
Aku
Aku tertatih
Menggapai hijau pupusnya daun-daun
Saat pupusnya harapan
Masih tersisa
Aku
Aku
Aku
Aku
Aku
Aku rindu!
Aku temukan danau itu
Dan rinduku ...
Kasih sayang itu t’lah ...
Ada cinta
Aku

Jumat dan Kamis, 26 Desember 2003 dan 1 Januari 2004 (Surabaya)