aku berjalan cepat sekali
tapi bukan berlari
karena aku tahu aku sudah terlambat
tapi aku harus mendapatkan jawaban
aku harus teliti dan sabar
tapi juga harus cepat dan dapat
kalau
aku ingin mendapat kepastian
aku
harus menemuinya
kalau
ingin mendengar penuturannya
aku
harus menangkapnya
kalau
aku ingin dia mengaku
aku
tidak boleh membiarkannya pergi
Oh, hujan ...
Ternyata
hujan, ya ...
Tidak boleh menyerah ...
walaupun hujan, aku harus jalan terus!
Apa
boleh buat ...
aku
akan terus berlari walau air berkecipak!
Eh, itu kan ...
Ng,
ini ya ...
aku berhenti
tak peduli hujan yang semakin deras
aku hanya bisa diam
bediri terpaku
seketika
aku menghentikan lariku
hujan
yang mengguyur menusuk-nusuk kulit
membekukanku
di tempat aku berdiri
membuat
tubuhku tak bisa digerakkan
Apakah aku harus bertanya dulu untuk memperoleh
jawaban?
Bodoh, tentu saja begitu!
Apakah
aku bisa langsung menangkapnya tanpa ada pendahuluan?
Bagaimana
bisa, aku ini konyol sekali!
“Hei, aku mencarimu ....” Di bawah hujan deras?
“Ya,
aku ingin bertemu denganmu ....” Di tengah hujan seperti ini?
“Aku ingin tahu apa yang terjadi pada diriku
apa kau juga mengalaminya?
apakah itu?”
“Aku
merasakan sesuatu, kehadiran ...
mengapa
itu mengingatkanku pada dirimu?
mengapa
begini?”
Apa itu jawaban yang kucari selama ini?
Karena
itu, haruskah aku tangkap sekarang?
“Aku harus pergi, maaf mengganggu ....” Mungkin aku salah
“Tidak,
jangan pergi!” aku menangkap pergelangan tangannya
Apa artinya ini?
Inilah jawaban yang kucari dan telah lama
kutunggu-tunggu
Mengapa
kulakukan?
Karena
aku akan menangkapnya dan tidak akan membiarkannya pergi
mengapa mataku memanas?
mungkinkah aku menangis?
tapi tidak akan ada yang tahu
karena bercampur dengan air hujan
tapi ... aku bahagia
mengapa
mukaku terasa panas?
apakah
wajahku memerah?
tapi
tidak akan ada yang melihat
karena
memucat oleh dinginnya hujan
tapi ... aku lega
“Wajahmu merah ....”
“Matamu
berair ....”
“Di bawah hujan lebat yang dingin ...”
“Di
tengah angin kencang yang menusuk ...”
“Aku berdiri ...”
“Dan
bertahan ...”
“Mungkin ...”
“Karena ...”
“Pada matahari terbit ada harapanku,”
“Pada
matahari senja ada dirimu,”
“Pada sinar bulan aku mendapat senyummu,”
“Pada
kilau bintang kulihat sinar matamu,”
“Karena dalam hatiku ada doa,”
“Dan
aku juga punya mimpi,”
“Akankah bertaut, apakah mengikat ...”
“Hati
yang selama ini terpisah jauh, bersatu kembali?”
“Jawabannya ...”
“Ya,
pasti!”
“Sebelum bertemu denganmu, aku bukan apa-apa.”
“Sebelum
aku mendapatkanmu, aku tidak punya apa-apa.”
“Selama ini aku selalu berpikir tentangmu.”
“Aku
akan membuatmu aman selalu dalam pelukanku.”
“Kurasa begitu ....”
“Benar,
rasakan keindahan ini ....”
Ahad, 11 Februari 2007
(Surabaya)