Sesaat ku termenung
sedih membayang
mengenang waktu yang beterbangan
bersama debu
tertiup angin
Kucoba
kembali kumpulkan
lembaran-lembaran
waktuku
Namun
angin ...
berembus
keras,
amarahku memuncak!
Aku terhuyung
terperosok aku pun terjerembap
Air
mataku bergulir
Dalam
pada jiwaku kekeringan
masih
menderas basah
Sejenak
aku
berpikir
tentang masa
yang
t’lah lewat
yang
lalu kumau
Segera diriku terhenyak
kupaku sendiri pada hakikat
bila telah hidup
perlu dipupuk iman
Kini
dapatlah ku tersenyum
mensyukuri
apa yang kudapati
nikmat
yang kupunya
dan
sahabat
Wahai
angin ...
yang
semilir membelai wajahku
serta
kerudung biruku
Sebentuk senyum masih terkembang di bibirku
dalam arti
bahagia
Puisi ini saya tulis atas permintaan seorang teman.
ReplyDelete